Ketahuilah bahwa cinta memang tidak untuk dipaksakan. Bahwa
rasa sayang mungkin dapat muncul secara tiba-tiba, namun semua rasa itupun
dapat berubah. Mungkin bagi dirinya (dulu), aku adalah perempuan yang sangat ia
cintai, perempuan yang sempat membuatnya penasaran, perempuan yang membuatnya
menjadi salah tingkah. Tapi aku sadar, bahwa semua itu tak luput dari kata
yaitu “dulu”.
Dulu, katanya dia mencitaiku. Dan yang dapat aku rasakan,
dia begitu perhatian padaku. Pula yang aku ketahui, dia mengakuiku sebagai
seorang perempuan special dalam hatinya di depan banyak kenalannya. Dia tak
lupa untuk memberikanku kabar, dia selalu tak bosan mengirimkanku pesan singkat
/ BBM / Voice note, yaaa dan lain hal yang pasti semua perempuan sukai dari
seorang lelaki.
Yang selalu aku ingat, kamu tidak pernah absen untuk
menyuruhku makan, menyuruhku untuk selalu jaga kesehatan, kamu juga pernah
mengirimkan voice note untukku dengan suaramu yang begitu taka sing bagi
telinga ini, kamu bilang “Aku sayang banget sama kamu”. Yang aku tau dan aku
rasakan, kamu itu buka seorang lelaki yang selalu romantic setiap kali berada
disampingku, tapi kamu itu unik. Kamu punya begitu banyak cara untuk membuatku
tersenyum dan tertawa geli dengan guyonanmu. Tapi saat itu aku belum menyadari
semua perbuatan manismu untukku. Aku baru sadar sekarang. Baru sadar ketika
semuanya telah tak berjalan semulus dulu.
Sempat aku berpikir mengapa begitu bodohnya diri ini ketika
terlambat mencintaimu. Saat kamu menyatakan perasaan yang kamu rasakan padaku,
aku seolah biasa saja dan mengIYAkannya. Kau bilang kau menyayangiku, kau
bilang kau mencintaiku, kau bilang kau akan jadi lelaki yang memberikanku
kebahagiaan. Entah apa yang saat itu kurasakan. Senang memang. Ketika seseorang
yang tak kita sangka tiba-tiba menyatakan perasaannya. Namun, bodohnya aku,
perasaanku padanya belum sesempurna perasaannya untukku. Bagaimana tidak. Aku
mengenalnya sejak lama dan seketika ia menyatakan bahwa perasaannya tak lagi
seperti saat pertama kita bertemu. Perasaannya telah berubah menjadi perasaan
yang tak lagi dapat ia mengerti. Perasaan yang seketika membuatnya menjadi
bahagia.
Aku menyebut diriku sendiri sebagai perempuan bodoh karena
baru kusadari ketika aku sudah mulai mencintainya, sudah mulai menyayanginya,
tiba-tiba Tuhan tak lagi dapat mengizinkan aku untuk terus bersamanya menjadi
hubungan spesial berdua. Aku mencintainya ketika ia tak lagi mencintaiku. Aku
menyayanginya ketika ia tak lagi merasakan perasaan yang tidak karuan saat
bertemu denganku.
Aku mulai sadar ketika kamu sepertinya tak lagi memberikan
perhatianmu padaku, aku mulai berpikir ketika kamu sepertinya telah mencintai
perempuan lain meski kita masih memiliki hubungan percintaan. Saat itulah,
sayang, aku merasa bahwa aku memang terlambat mencintaimu. Buktinya, ketika aku
mulai mencintaimu, kau malah sudah ulai mencintai perempuan lain tanpa
memperhatikan perasaanku. Apa kamu tau apa yang aku rasakan saat itu? Begitu kaget,
lemas, rapuh, sedih, miris, sakit, patah hati!!!
KEMUDIAN…. AKU MEMILIH PERGI….
Salah tidak membiarkan seseorang yang kita cintai pergi
untuk dapat menemukan seseorang yang nantinya akan membuatnya lebih bahagia
daripada saat bersama kita? Salahkah membiarkannya pergi tanpa memikirkan
perasaan tidak karuan yang entah kapan dapat terhapuskan? Aku memilih pergi
bukan karena aku tidak mencintainya. Aku pergi karena aku tau ia akan bahagia
dengan yang lain. Aku pergi karena aku yakin bahwa aku akan lebih sakit hati
lagi jika membiarkan cinta ini hanya dapat kuperjuangkan sendiri karena dia
telah berneda. Tidak mungkin kan dapat memperjuangkan cinta dengan seorang
diri?
Tapi tahukah mengapa aku begitu sangat menyesal setelah
memilih pergi darimu?
Aku begitu menyesal, sayang. Setelah aku memilih pergi, aku
baru mengetahui, bahwa perempuan itu sepertinya bukan perempuan baik untukmu
dan tidak akan menjadi perempuan yang membuatkmu bahagia. Ia telah memiliki
yang lebih spesial daripada menyempatkan
waktu untuk dekat denganmu melalui pesan singkat maupun telepon. Dia bukan
perempuan yang nantinya akan membuatmu bahagia, sayang. Hmm.. namun semua telah
berlalu. Karena yang berlalu biarlah berlalu, dari sini aku hanya dapat
mendoakan semua yang terbaik untukmu.
Walau kini aku merasakan sesuatu yang tak lagi ingin
kurasakan seperti dulu saat menjalin cinta dengan yang lain, dari sini aku
tetap mencintaimu, dari sini aku akan tetap menyayangimu juga memperhatikanmu. Aku
akan selalu dekat denganmu, sayang. Karena pada akhirnya, kalau kamu telah
sadar bahwa perempuan itu tak lebih baik dariku, kamu akan tetap menyayangiku
meski dalam diam. Dalam diammu itu juga yang akan membuatku terus mencintaimu,
sayang.
Aku dan kamu hanya ada dalam naungan kata “dulu”. Aku dan
kamu hanya bisa bersatu dalam alam mimpi. Aku dan kamu akan bahagia dalam jalan
kita sendiri. Namun biarkan aku bertahan dengan hatiku ; mecintaimu juga memperhatikanmu walau dalam diam