Friday, June 13, 2014

Aku dan Kamu (dulu)

Ketahuilah bahwa cinta memang tidak untuk dipaksakan. Bahwa rasa sayang mungkin dapat muncul secara tiba-tiba, namun semua rasa itupun dapat berubah. Mungkin bagi dirinya (dulu), aku adalah perempuan yang sangat ia cintai, perempuan yang sempat membuatnya penasaran, perempuan yang membuatnya menjadi salah tingkah. Tapi aku sadar, bahwa semua itu tak luput dari kata yaitu “dulu”.

Dulu, katanya dia mencitaiku. Dan yang dapat aku rasakan, dia begitu perhatian padaku. Pula yang aku ketahui, dia mengakuiku sebagai seorang perempuan special dalam hatinya di depan banyak kenalannya. Dia tak lupa untuk memberikanku kabar, dia selalu tak bosan mengirimkanku pesan singkat / BBM / Voice note, yaaa dan lain hal yang pasti semua perempuan sukai dari seorang lelaki.

Yang selalu aku ingat, kamu tidak pernah absen untuk menyuruhku makan, menyuruhku untuk selalu jaga kesehatan, kamu juga pernah mengirimkan voice note untukku dengan suaramu yang begitu taka sing bagi telinga ini, kamu bilang “Aku sayang banget sama kamu”. Yang aku tau dan aku rasakan, kamu itu buka seorang lelaki yang selalu romantic setiap kali berada disampingku, tapi kamu itu unik. Kamu punya begitu banyak cara untuk membuatku tersenyum dan tertawa geli dengan guyonanmu. Tapi saat itu aku belum menyadari semua perbuatan manismu untukku. Aku baru sadar sekarang. Baru sadar ketika semuanya telah tak berjalan semulus dulu.

Sempat aku berpikir mengapa begitu bodohnya diri ini ketika terlambat mencintaimu. Saat kamu menyatakan perasaan yang kamu rasakan padaku, aku seolah biasa saja dan mengIYAkannya. Kau bilang kau menyayangiku, kau bilang kau mencintaiku, kau bilang kau akan jadi lelaki yang memberikanku kebahagiaan. Entah apa yang saat itu kurasakan. Senang memang. Ketika seseorang yang tak kita sangka tiba-tiba menyatakan perasaannya. Namun, bodohnya aku, perasaanku padanya belum sesempurna perasaannya untukku. Bagaimana tidak. Aku mengenalnya sejak lama dan seketika ia menyatakan bahwa perasaannya tak lagi seperti saat pertama kita bertemu. Perasaannya telah berubah menjadi perasaan yang tak lagi dapat ia mengerti. Perasaan yang seketika membuatnya menjadi bahagia.

Aku menyebut diriku sendiri sebagai perempuan bodoh karena baru kusadari ketika aku sudah mulai mencintainya, sudah mulai menyayanginya, tiba-tiba Tuhan tak lagi dapat mengizinkan aku untuk terus bersamanya menjadi hubungan spesial berdua. Aku mencintainya ketika ia tak lagi mencintaiku. Aku menyayanginya ketika ia tak lagi merasakan perasaan yang tidak karuan saat bertemu denganku.
Aku mulai sadar ketika kamu sepertinya tak lagi memberikan perhatianmu padaku, aku mulai berpikir ketika kamu sepertinya telah mencintai perempuan lain meski kita masih memiliki hubungan percintaan. Saat itulah, sayang, aku merasa bahwa aku memang terlambat mencintaimu. Buktinya, ketika aku mulai mencintaimu, kau malah sudah ulai mencintai perempuan lain tanpa memperhatikan perasaanku. Apa kamu tau apa yang aku rasakan saat itu? Begitu kaget, lemas, rapuh, sedih, miris, sakit, patah hati!!!


KEMUDIAN…. AKU MEMILIH PERGI….

Salah tidak membiarkan seseorang yang kita cintai pergi untuk dapat menemukan seseorang yang nantinya akan membuatnya lebih bahagia daripada saat bersama kita? Salahkah membiarkannya pergi tanpa memikirkan perasaan tidak karuan yang entah kapan dapat terhapuskan? Aku memilih pergi bukan karena aku tidak mencintainya. Aku pergi karena aku tau ia akan bahagia dengan yang lain. Aku pergi karena aku yakin bahwa aku akan lebih sakit hati lagi jika membiarkan cinta ini hanya dapat kuperjuangkan sendiri karena dia telah berneda. Tidak mungkin kan dapat memperjuangkan cinta dengan seorang diri?

Tapi tahukah mengapa aku begitu sangat menyesal setelah memilih pergi darimu?

Aku begitu menyesal, sayang. Setelah aku memilih pergi, aku baru mengetahui, bahwa perempuan itu sepertinya bukan perempuan baik untukmu dan tidak akan menjadi perempuan yang membuatkmu bahagia. Ia telah memiliki yang lebih  spesial daripada menyempatkan waktu untuk dekat denganmu melalui pesan singkat maupun telepon. Dia bukan perempuan yang nantinya akan membuatmu bahagia, sayang. Hmm.. namun semua telah berlalu. Karena yang berlalu biarlah berlalu, dari sini aku hanya dapat mendoakan semua yang terbaik untukmu.

Walau kini aku merasakan sesuatu yang tak lagi ingin kurasakan seperti dulu saat menjalin cinta dengan yang lain, dari sini aku tetap mencintaimu, dari sini aku akan tetap menyayangimu juga memperhatikanmu. Aku akan selalu dekat denganmu, sayang. Karena pada akhirnya, kalau kamu telah sadar bahwa perempuan itu tak lebih baik dariku, kamu akan tetap menyayangiku meski dalam diam. Dalam diammu itu juga yang akan membuatku terus mencintaimu, sayang.


Aku dan kamu hanya ada dalam naungan kata “dulu”. Aku dan kamu hanya bisa bersatu dalam alam mimpi. Aku dan kamu akan bahagia dalam jalan kita sendiri. Namun biarkan aku bertahan dengan hatiku ; mecintaimu juga memperhatikanmu walau dalam diam


No comments:

Post a Comment