Wednesday, January 28, 2015

Dulu

Dia melupakan sesuatu hal yang telah lama ia jalani. Melupakan yang tak harus dilupakan. Menjalani sesuatu yang tak wajib dijalani. Berharap yang tak harus dilakukan dapat menjadi sesuatu yang kelak dapat berguna baginya. Tapi hal yang ia lakukan telah melukai beberapa insan.
Suatu ketika saat ia dalam kesunyian malam. Bintang bertebaran seakan mengedipkan sinarnya untuk ia seorang. Rembulan yang tertutup awan. Angin yang berhembus. Semua itu membuatnya terus berpikir. Ia rindu. Hatinya merancu. Matanya seakan memberikan arti bahwa ia berusaha menutupi segalanya namun tak sanggup. Ia menghela napas, berharap suasana itu dapat membantunya. Lalu setetes airpun jatuh dari matanya. Ia menangis. Segalanya tak dapat lagi ia pendam. Namun tetap saja, pada suasana  tersebut,  ia hanya dapat bercerita dalam hati seolah alam  mendengarnya.
Ia rindu. Rindu akan masa dimana ia menjadi sosok perempuan manis. Ia rindu saat dimana ia tetap dalam kebahagiaan yang sebenarnya. Semuanya serba berbeda. Kini ia berubah.
Ia melamunkan yang tak harus dilamunkan. Mengingat yang tak harus lagi ada dalam otaknya. Selalu berharap dapat kembali pada masa lalunya. Menatap jauh saat ia belum mengenal kebohongan. Belum tau akan kemunafikan.
Dulu ia tak perlu memakai topeng seperti sekarang. Dulu ia tetap manis walau apapun yang terjadi. Dulu ia tetap pada rasa bahagia yang sebenarnya. Dulu ia tetap dalam keadaan baik dalam segala hal.
Dulu, sekarang, bahkan esokpun pasti akan berubah.
Tapi, ia akan tetap merindukan "dulu"

Tuesday, January 6, 2015

Dia☁☁

Hamparan langit luas terasa berada dekat dalam pandanganku..

Awan itu. Entah mengapa ia menjadi sesuatu yang sangat indah. Mungkin karena aku tidak pernah benar benar memperhatikannya selama ini ya?

Dalam sepi di kesunyian. Sendiri. Memandangnya. Melihat betapa indah sesuatu yang Tuhan ciptakan. Menghela nafas dan memikirkan apapun yang terasa mengganjal dalam hati. Menghirup udara untuk sesekali membuat hati merasa lega. sekalipun angin menyapu debu jalan dan menerbangkan dedaunan yang gugur, aku tetap memandangnya.
tetap dalam sepi dan hati yang terasa sunyi. Tetap satu yang kutuju, kupandang, juga kunikmati keindahannya. Suasana inilah yang menciptakan banyak pertanyaan. Pertanyaan yang entah darimana tiba tiba menyerbu otakku, berebut untuk meminta dijawab. Seperti aku merasa diwajibkan untuk menjawabnya satu persatu. Perlahan. Berpikir. Mereka begitu anarkis. Mengapa mereka harus menyerbu pikiranku? Sementara aku sebenarnya tak menginginkan mereka untuk hadir saat ini. Aku merasa belum siap, tapi... Ia lah yang membuatku merasa tenang. ia lah yang membuat hati ini merasa damai. Dan ia juga yang membuatku merasa lega. Dia yang memberiku sebentuk petunjuk untuk jawaban pada mereka yang sempat menyerbu pikiranku

Dalam beberapa saat aku tetap pada pandanganku. Melihat sekeliling yang ada di atas. Luas. Indah. kurasa, dia memiliki 3 dimensi. Dia juga punya pasangan. Pasangannya memiliki warna kabur. Memeluknya dalam angkasa luas. Mendekapnya dalam momen yang tepat. Mereka punya cerita. Cerita yang kurangkai sendiri berkat hasil pandanganku. Melihat mereka tersenyum, akupun tersenyum. Tersenyum untuknya dan tersenyum untuk hati ini. Dia baik. Aku menaruh secercah harapan dan kemudian ia memberi jawaban untuk asa itu sendiri.
������❤��������☁