Malam itu jadi saksinya. Aku sempat berharap waktu membawa keberanian bagi kita berdua. Namun aku hanya dapat melirik malu tanpa sepatah katapun. Mata enggan menatap. Kita sama-sama diam... membisu dalam sejuta kata yang menggumpal di otak. Pertanyaan bermunculan dalam pikiran tapi mulut seakan terkunci.
Malam makin larut, ternyata waktu mulai mendatangkan sedikit keberanian. Sepatah kata terucap dari mulutku, dan kau menjawab ragu namun sigap. Kemudian kita kembali ditemani keheningan yang begitu menyergap. Jantung berdebar dan kau tetap membelai keheningan dengan caramu sendiri. Hingga ia membuat hati ini hanyut perlahan. Menghapus rasa curiga dan mengusap rasa kantuk yang begitu mengusik.
Kita tetap berdua diantara kata yang tak terucap. Namun ia berhasil memeluk hati yang hampir menjamur. Membiarkan mereka yang menatap resah. Melawan lelah dan bersiaga untuk menjaga. Menyentuh hati dengan lembut. Bersama sebentuk animo dahsyat yang ia tunjukan. Bagai jemari yang mengusap halus setiap helai rambut, ia pun mengusap keresahan yang tersembunyi dibalik kebisuan di ujung malam menuju pagi. Hatimu runtuh dan membuatku terjatuh.
Akankah kita menemukan kesempatan lain dimana kata-kata yang membendung di pikiran dapat mendobrak bibir yang terkunci? Atau tak akan temukan jawaban hingga cinta ini kadaluarsa?
No comments:
Post a Comment